Rabu, 19 Desember 2012

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) : Penyebab dan Cara penularannya



Dengue berasal dari bahasa Swahili “ka-dinga pepo” yang berarti “kejang yang disebabkan roh jahat”, yang kemudian kata “dinga”diucapkan oleh orang Spanyol menjadi “dengue” yang berarti kurang lebih “sulit untuk disenangkan”. Penyakit ini dikenal sejak awal tahun 1960 an di Indonesia, dan saat itu penyakit baru akan merebak pada musim penghujan atau beberapa saat setelah musim hujan berlalu. Ini disebabkan karena nyamuk Aedes Aegypti yang merupakan vektor atau alat penyebar virus penyakit dengue biasanya bertelor dan menetaskan telor menjadi jentik larva nyamuk di genangan air yang bersih, seperti bekas hujan yang tertampung dalam pot bunga diemperan rumah, tilbunan botol dan kaleng kosong atau ban bekas atau juga kubangan tanah di sekitar rumah dan pemukiman penduduk. Namun sejak tahun 1980an, pola penyebaran penyakit dan insiden penyakit demam berdarah ini sudah mulai berubah.  Penderita penyakit ini tidak saja didapatkan pada musim hujan namun bisa di sepanjang tahun.
Selama tahun 2011, sebanyak 557 orang dari 65 ribu penderita DBD di  Indonesia tewas tidak tertolong.  Itu artinya, di Indonesia lebih satu orang setiap harinya meninggal akibat DBD. Meski begitu dalam 2 tahun terakhir diketahui jumlah penderita demam berdarah di Indonesia mengalami penurunan. Tertinggi tahun 2009 sudah ada 150.000 kasus, sedangkan pada tahun 2010 kasusnya menurun hingga 50 persen yaitu sekitar 75.000 dan pada tahun 2011 turun lagi hanya 50.000 kasus.

Penyebab
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat adanya sistem imun tubuh yang terbentuk. Namun karena jenis serotipe dari virus dengue ini ada 4, sehingga seseorang bisa kena 4 kali demam berdarah.

Cara penularan
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya melalui telur (transovarial). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa monyet juga dapat terjangkit oleh virus dengue, serta dapat pula berperan sebagai sumber infeksi bagi monyet lainnya bila digigit oleh vektor nyamuk.
            Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus adalah sebagai berikut :
·        memiliki warna belang hitam putih di sekujur tubuh, yang terlihat jelas di bagian punggung.  
·        Aedes aegypti betina umurnya bisa mencapai  2-3 bulan, dapat mengisap darah berkali-kali, beraktifitas tinggi pada pagi dan sore hari, dengan jarak terbang ±100 meter .
·        Setiap kali mengisap darah, nyamuk ini akan mengeluarkan air liur yg berfungsi untuk mencegah pembekuan darah. Aedes aegypti betina mengisap darah untuk mematangkan telurnya. Proses pematangan telur ini berkisar antara 3-4 hari. Sekali bertelur naymuk ini dapat mengeluarkan 100-200 butir.  Nyamuk ini berkembang biak di tempat-tempat penampungan air bersih di dalam rumah maupun di sekitar lingkungan kita, seperti : bak mandi/WC, tempayan, drum, tempat minum burung, vas bunga/pot tanaman air, kaleng bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik yang dibuang di sembarang tempat, talang air yang rusak dan saluran air hujan yang tidak lancar, pagar atau potongan bambu yang berlubang.



Gambar. Nyamuk Aedes


Sabtu, 20 Oktober 2012

USAHA PENCEGAHAN CEDERA OLAHRAGA PADA PEMBELAJARAN PENJAS

Hartati Eko Wardani

Di dalam ilmu kesehatan, kita mengenal bahwa mencegah (preventif) lebih baik daripada mengobati (kuratif), karena tindakan preventif, biayanya murah serta menghindarkan terjadinya invalid (cacat seumur hidup). Mencegah terjadinya cedera olahraga tentunya sangat berharga untuk dilakukan mengingat kerugian yang ditimbulkan akibat cedera sangat bermakna. Guru memegang peranan penting dalam usaha pencegahan cedera olahraga pada siswa. Sebagian faktor penyebab cedera memang sulit untuk dikontrol guru, namun setidaknya guru tetap dapat melakukan tindakan-tindakan antisipasi.


Menurut Surendra (2008), usaha pencegahan cedera olahraga pada atlet meliputi : pemeriksaan kesehatan, pengaturan gizi, pengaturan istirahat atau recovery, aklimatisasi, latihan peningkatan ketrampilan teknik, latihan peningkatan mental bertanding, pemanasan dan pendinginan, pengawasan lapangan, dan pengawasan perlengkapan pemain, manajemen penonton, peningkatan kualitas wasit dan pelatih, menegakkan peraturan dan pengawasan doping.


Sedangkan untuk usaha pencegahan cedera olahraga pada siswa yang dapat dilakukan guru :

1.     Mengecek kesiapan fisik siswa sebelum pelajaran olahraga dimulai
Guru perlu melihat sepintas lalu keadaan kesehatan siswanya sebelum pembelajaran dimulai. Siswa yang tampak lemah, pucat, atau pasca cedera diperkenankan untuk tidak mengikuti kegiatan pembelajaran.
2.     Memastikan keamanan kondisi lapangan
Kondisi lapangan yang buruk sering sulit dikontrol oleh guru. Namun guru sedapat mungkin melakukan kegiatan pembelajaran pada lapangan olahraga yang aman bagi siswa. 
3.     Melakukan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani pada suasana yang nyaman
Jika suhu udara terlalu panas, pastikan siswa membawa air minum sebagai bekal saat berolahraga. Jangan biarkan siswa mengalami kondisi dehidrasi yang dapat membahayakan kondisi kesehatannya. Sebaliknya jika kondisi mendung sebaiknya guru tidak memaksakan untuk melakukan aktivitas outdoor.
4.     Memberikan pemanasan dan pendinginan
Pastikan guru memberikan pemanasan sebelum aktivitas inti dilakukan. Lakukan warming up secara bertahap dari intensitas ringan dulu kemudian dapat diikuti dengan peregangan. Jangan pernah melakukan peregangan pada otot yang masih ”dingin”.
5.     Memberikan teknik ketrampilan yang benar
Pastikan siswa memahami teknik ketrampilan olahraga yang benar. Siswa yang baru pertama kali mempelajari teknik suatu gerakan olahraga rentan mengalami cedera.
6.     Mengantisipasi terjadinya konflik antar siswa saat pembelajaran
Tawuran antar siswa dapat merupakan sumber terjadinya cedera. Untuk itu guru harus mampu meredam ledakan emosi siswa yang kerap terjadi pada saat berolahraga.
7.     Menyiapkan perlengkapan pertolongan pertama
Kelengkapan otak P3K harus disiapkan di ruang UKS. Jika olahraga dilakukan di luar sekolah, guru harus membawa perlengkapan P3K yang memadai.

Selasa, 09 Oktober 2012

Kecantikan Seorang Muslimah (Nasehat Untuk Diri Sendiri)

Kecantikan seorang muslimah tidak terletak pada keelokan, atau keindahan fisik, atau keglamouran pakaian.
Kecantikan dipengaruhi perilaku dan ketaatan pada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Berikut ini adalah kosmetika khusus muslimah:
  • Perona pipi (blush on): rasa malu
  • Hiasan Rambut : jilbab yang terulur sampai dada
  • Lipstick : dzikir yang membasahi bibir
  • Bedak :air wudhu,untuk cahaya di akhirat
  • Anting (earring):pendengaran yang ma'ruf
  • Gelang :tawadhu
  • Kalung :kesucian
(diambil dari sebuah pustaka...lupa namanya)
Moga akan terus kuingat selamanya...

PILIH HAFAL ATAU PAHAM?

Hartati Eko Wardani


Hari ini, aku membantu anakku yang masih duduk di kelas 4 SD untuk mempelajari  PPKn sebagai bekal  Ujian Akhir Semester besok. Sejak pertama dia duduk di kelas 4 aku sudah dibuat geleng-geleng kepala dengan materi-materi yang tersaji pada mapel tersebut. Hak dan wewenang Presiden, DPR, MPR, BPK dll, susunan organisasi di tingkat pemerintahan pusat, menghafalkan nama menteri-menteri. Seingatku, dulu waktu sekolah, aku juga diberi materi seperti itu tapi tidaklah di usia sedini ini. Materi yang teramat berat untuk ukuran anak kelas 4 SD. Okelah, metode recalling bisa dipakai, tapi apa manfaatnya untuk kehidupan dia sehari-hari? Aku jadi penasaran, bagaimana cara gurunya menerangkan materi seberat itu di kelas? Selidik punya selidik, ternyata gurunya hanya menyuruh murid-murid membaca secara bergiliran paragraf per paragraf, sampai jam sekolah habis. Jika ada yang tidak mengerti, murid-murid dipersilakan bertanya. Bagaimana mungkin menanyakan sesuatu yang mereka tidak paham?

Aku jadi teringat film “3 idiot” yang baru saja ditayangkan SCTV Kamis siang lalu. Film bergenre komedi yang memperoleh banyak penghargaan itu sarat dengan muatan edukasi. Salah satu pesannya adalah : “BELAJAR TANPA MEMAHAMI MAKNANYA, ADALAH SIA-SIA” . Ini tampak pada adegan saat Rancho (panggilan dari Ranchodas, mahasiswa cerdas dan kritis) disuruh keluar oleh dosen gara-gara mendefinisikan kata “MESIN” dengan bahasa yang sederhana. Kata tersebut dimaknai Rancho sebagai “alat yang mempermudah pekerjaan manusia”. Ya, setidaknya itu definisi yang dibuat sendiri oleh Rancho. Tapi sang dosen ngotot mengatakan bahwa definisi MESIN yang tepat adalah seperti yang ada pada buku (sebuah definisi yang sangat panjang dan susah dimengerti). Akhirnya Rancho pun bergerak keluar kelas,  tapi sejenak kemudian, ia pun kembali masuk. Saat dosen bertanya, “untuk apa Anda kembali?”, ia pun menjawab “saya akan mengambil barang saya yang tertinggal di kelas”.  Lalu dia mulai mendeskripsikan dengan sangat cepat dan lancar “an instrument and record,  analyse, summarize, organize,debate and explained information that are elastative and non-elastative hard bound paper bag jacketed non jacketed with forward introduction, table of content, index, that are intented for the enlightment understanding enhancement and education human brain sense in root of vision, sometimes touch!”
Sang dosen dan mahasiswa lain pun terbengong-bengong dengan kata-kata Rancho. “Maksud kamu apa?” tanya sang Dosen. Tahukah kalian apa yang dimaksud Rancho? BUKU!! Dan semua pun tertawa, kecuali Dosen. Dosen pun bertanya lagi, “kenapa kau tak menyederhanakan penjelasanmu?” Rancho berdalih, “saya sudah melakukannya, tapi Anda tampaknya tidak suka bahasa yang sederhana”, disambut dengan gelak tawa terpingkal-pingkal mahasiswa lain.

Memang, aku tak sepenuhnya setuju dengan pesan itu karena sebagai penghafal kuat, aku merasakan banyak manfaat dari menghafal sesuatu yang pada awalnya tak kumengerti. Seperti menghafal nama-nama menteri yang wajahnya saja belum pernah kulihat, apalagi kiprahnya dalam pemerintahan. Tapi paling tidak, dengan menghafal nama-nama mereka aku jadi juara saat mengikuti lomba cerdas cermat di sekolah (tahun berapa ya?). Proses recalling yang dilakukan secara rutin terbukti dapat memindahkan memory trace dari short-term memory ke medium term memory. Tapi, semua harus dilakukan dengan perasaan tenang dan hati yang senang. Aku dulu rajin melakukan recalling meski tanpa dipaksa orang tua,karena aku punya motivasi tinggi untuk jadi juara. Aku melakukannya dengan perasaan senang. Tapi berapa banyak di dunia ini orang yang seperti itu? Berapa banyak siswa SD yang dengan setengah hati menghafalkan materi yang tak dipahaminya hanya karena dia tak punya motivasi menjadi juara? Bahkan banyak di antara mereka yang melakukannya dengan perasaan tertekan, takut tidak lulus, takut dimarahi guru atau orang tua. Paham, mempermudah hafalan. Butuh perjuangan keras bagiku untuk membuat anakku paham, karena anakku bukan tipe penghafal kuat. Kadang harus bersimulasi, buka Google, atau baca ensiklopedia, hanya untuk menstimulasi saraf-saraf keingintahuannya. Rasa curiousity membuat dia semangat, dan senang untuk menghafal. Jika masih sulit membuatnya ingin tahu (please deh, anak kelas 4 SD mana yang doyan ngikuti perkembangan di dunia politik dan pemerintahan?),.. terpaksalah kubangun Jembatan Keledai…

Seperti yang dilakukan Rancho saat menjelaskan tentang MESIN. Gunakan bahasa sederhana yang ia mengerti. Tapi apa kamu pikir bisa lulus dengan menjawab pertanyaan sulit dengan bahasa sederhana? Ini sebuah dilema. Masih banyak pengajar (guru / dosen) yang berpatokan bahwa jawaban yang benar adalah yang sesuai buku. Kalau coba bikin definisi baru, jangan harap bisa lulus!

Jadi bagaimana harus menyikapi? Jalan tengahnya adalah tetap berpatokan pada buku, tapi mencoba memahami maknanya. Jangan hanya menghafal! Maka inilah tantangan untuk para guru dan dosen untuk memberi penjelasan dan pencerahan pada murid-murid tentang hal-hal apa yang tak diketahuinya dari sumber bacaan. Jika guru/dosen sendiri tak paham, maka ijinkan murid membuat definisi sendiri…!

What is the difference between exercise, training, practice, sport, and physical activity?


According to "The Oxford Dictionary of Sport Science and Medicine"

Exercise =
1. Human movements and physical activities which involve the use of large muscle groups rather than highly specific, relatively non-taxing movements of small muscle groups. It includes dance, calcithenics, games, and more formal activities such as jogging, swimming, and running.
2. Any set of movements designed to train to improve a skill

Training =
An exercise programme designed to assist the "learning of" skills, to improve physical fitness and thereby to prepare an athlete for a particular competition. It includes "conditioning, specific technical training, and psychological preparation.

Practice =
The repetition of techniques and skills, often taken out of the context of a whole game or event, so that they may be improved.

Sports =
Any highly structured, goal directed physical activity governed by rules, which has a high level of commitment, takes the form of struggle with oneself or involves competition with others, but which also has some of characteristics of play. It involves either vigorous physical exertion or the use of relatively complex physical skills by individuals whose participation is motivated by a combination of intrinsic satisfaction associated with the activity itself and the external rewards carned through participation.

Physical activity =
Exercise and general movementthat a person carries out as a part of their day (http://www.sportsmedicinedictionary.com
)

BUNGA PILIHAN


Hartati Eko Wardani

Seorang laki-laki, sebut saja Bagus, bertanya kepada orang bijak tentang makna pernikahan. Orang bijak itu tidak segera menjawab. Ia malah mengajak Bagus menuju ke sebuah kebun bunga yang sangat luas. Kebun bunga itu dipenuhi oleh bunga yang beraneka ragam dan warna.

“Pilihlah satu bunga di kebun ini yang menurutmu paling indah. Tak usah buru-buru, pertimbangkan dulu masak-masak. Setelah benar-benar yakin, petiklah bunga itu dan bawalah ke sini” Kata si orang bijak. “Bolehkah kupetik lebih dari satu?” Tanya Bagus. Orang bijak pun menggeleng. “Pilihlah hanya satu yang terbaik”.

Bagus pun segera masuk ke dalam kebun. Ia sangat terpesona dengan keelokan berbagai macam bunga di sana. Ada anggrek, mawar, melati, tulip dan masih banyak lagi. Mereka semua sangat segar dan menawan. Sungguh pilihan yang sulit. Ada yang besar dengan warna merah menyala. Ada yang kecil mungil dan berbau harum . Yang kuning pun tak kalah menggoda ketika tubuhnya meliuk-liuk tertiup angin. Namun tiba-tiba matanya tertuju pada sosok mawar merah muda yang berukuran sedang, baunya tidak terlalu harum, dan tetap tenang saat tertiup angin. Entah kenapa Bagus sangat tertarik dengan bunga yang satu ini. Setelah ia pandangi beberapa lama ia pun memutuskan untuk memetiknya.

Dengan penuh semangat Bagus kembali berbalik untuk mencari si orang bijak. Dalam perjalanan kembali, ia baru menyadari bahwa ia melewatkan beberapa bunga lain yang belum pernah dilihatnya. Maklum, terlalu banyak bunga disana, mana mungkin bisa kuperhatikan satu persatu? Pikir Bagus. Ia pun takjub. Kembali tangannya tergoda untuk meraih satu bunga lain yang penampilannya tak jauh beda dengan bunga yang telah ia petik. “Ini pilihan yang lebih baik, seharusnya aku memetik bunga yang ini bukan yang tadi!” katanya mantap. Namun sejenak ia teringat kata si orang bijak. Aku hanya boleh memetik satu tak boleh dua. Haruskah kubuang bunga yang pertama? Toh ia takkan tahu? Namun setelah ia pandangi lagi bunga yang telah ia petik, ia pun merasa iba. Ah, bunga cantik ini mulai layu, aku harus segera kembali untuk memberinya air dalam vas. Ia pun mengurungkan niatnya untuk memetik bunga kedua dan lari bergegas menemui orang bijak.

 “Sudah kau dapatkan bunga itu?” Tanya orang bijak. Bagus mengangguk. Si orang bijak mengernyitkan dahi. Inikah pilihanmu? Mengapa sudah layu?”

“Aku terlalu sibuk memperhatikan bunga-bunga lain di sekitarku setelah aku memetiknya “ jawab Bagus.

“Kamu tak tertarik untuk memetik yang lain?” Tanya si orang bijak.

“Jujur aku sangat ingin. Tapi aku kan sudah menentukan pilihanku sejak awal. Memang, ini bukan bunga yang terindah di kebun ini, tapi entah mengapa,  tiap aku memandanginya hatiku merasa tentram. Kini gara-gara aku memperhatikan bunga lain begitu lama, dia jadi layu. Aku harus mengembalikan kesegaran bunga ini dengan memberinya air “ ujar Bagus sambil mengambil vas bunga berisi air yang tampaknya memang sudah dipersiapkan orang bijak.

Orang bijak itu pun tersenyum dan mulai bertutur, “Bagus, saat kau memilih pasangan hidup, kau tentunya mempertimbangkan  banyak hal. Kecantikan, harta, pekerjaan,kepintaran dll. Kau telah memilih satu yang terbaik untukmu, yang mungkin tidak sempurna, namun ia mampu membuatmu bahagia. Sayang, setelah pasangan hidup didapat, kadang manusia lupa akan hal-hal yang membuatnya terpikat dan lebih memperhatikan hal-hal lain yang lebih indah di sekelilingnya. Kurangnya perhatianmu pada pilihan hidupmu membuat ia layu. Ada dua hal yang bisa kau lakukan. Kau bisa membuang dan mencari yang lebih segar, atau mempertahankan serta mengembalikan kesegarannya. Kebanyakan orang lupa diri, dan akan lebih memilih untuk membuang si bunga layu. Namun kau  berbeda. Kau sangat bertanggung jawab, memilih untuk bertahan pada pilihan pertamamu, karena kau teringat hal-hal yang membuatmu memilihnya dulu. Dia memang tidaklah terlalu cantik, kaya, atau pintar, tapi ia membuatmu tentram. Kau telah belajar banyak tentang makna pernikahan. Semoga kau hidup bahagia dengan pilihan hatimu.”

POTRET DUNIA MEDIS dalam SINETRON INDONESIA

Hartati Eko Wardani

Sekitar setahun terakhir ini, saya mulai mengikuti perkembangan sinetron Indonesia, dan ini semua gara-gara anak saya. Dia mulai mengikuti sinetron demi sinetron Indonesia dari yang bergenre komedi, action, drama sampai horror. Alih-alih melarang anak saya nonton dan menyuruhnya untuk belajar, saya malah ikut hanyut mengikuti alur cerita yang tersaji. Sungguh bukan suatu contoh yang baik bagi orang tua lain. (Maaf, jangan ditiru.)

Beberapa sinetron yang saya tonton memang sarat dengan edukasi, namun lebih banyak yang hanya mengejar rating semata tanpa mempedulikan kualitas. Banyak kritik saya terhadap sinetron semacam itu, seperti alur cerita yang cenderung berputar-putar dan sengaja mengulur waktu untuk memperpanjang episode, banyaknya adegan KDRT seperti tampar menampar yang tentunya tak baik jadi tontonan buat anak, serta beberapa sinetron komedi masih belum berani tayang tanpa menampilkan sosok wanita seksi yang diharapkan bisa mendongkrak rating. Namun, bukan itu yang ingin saya soroti kali ini. Ada satu hal yang mengusik perhatian saya  saat mengamati beberapa sinetron Indonesia bergenre drama, ketika dilihat keterkaitannya dengan dunia saya, dunia medis.

Tulisan ini saya buat karena saya sudah merasa muak dengan banyaknya sinetron yang melecehkan profesi di bidang kedokteran. Saya memang sudah lama tak berkecimpung dalam dunia medis karena kesibukan saya di bidang lain, yaitu pendidikan. Namun saya yakin, apa yang tampak dalam sinetron Indonesia tersebut bukanlah merupakan cerminan dari dunia medis saat ini. Ya, sinetron Indonesia cenderung melecehkan kinerja dokter, perawat, pegawai lab, dan pegawai lain dalam rumah sakit.

Mari sejenak kita simak beberapa adegan yang sering diangkat dalam sinetron tersebut (Yang sering nonton sinetron boleh tersenyum-senyum sambil menebak, kira-kira sinetron apa saja yang menampilkan adegan berikut ini) :
  1. Banyaknya rumah sakit tanpa penjagaan ketat. Kurangnya penjagaan tersebut mengakibatkan orang asing dapat leluasa keluar masuk bangsal dan bahkan tak jarang menyamar sebagai dokter atau perawat tanpa ketahuan. Hal ini berdampak :
  • Bayi mudah ditukar-tukar (dan konyolnya hal ini baru terungkap bertahun-tahun kemudian)
  • Pasien bisa mati atau kolaps gara-gara diberi obat palsu oleh dokter/ perawat gadungan.
  • Selang infus atau oksigen pasien yang dirawat di kamar ICU (yang terlihat sangat sepi)  dapat dicabut oleh pengunjung sehingga menimbulkan perdarahan bahkan kematian pasien.
  • Data rekam medik yang tersimpan rapi di ruang arsip pun bisa dicuri oleh orang asing, saking sepinya penjagaan.
  • Sampel urin, darah, atau rambut dengan mudah bisa ditukar-tukar labelnya untuk mengacaukan hasil diagnosis.
  • Pasien bisa melarikan diri dari rumah sakit. Yang semacam ini mungkin sering terjadi di dunia nyata. Tapi melarikan diri dengan kursi roda tanpa ketahuan? Come on…
2. Pegawai laboratorium gampang disuap. Entah sudah berapa kali saya menemukan adegan pegawai lab yang bertugas mendiagnosis hasil tes DNA, kehamilan, dan lain-lain yang dengan mudahnya mengubah hasil lab atas permintaan seseorang, dengan iming-iming uang tentunya.

3. Kembar identik tak bisa dibedakan identitasnya. Identitas kembar identik seringkali dipertukarkan, tanpa disadari oleh orang lain termasuk orang tua maupun pasangan (suami/istri) masing-masing. Sekali lagi, dokter dibuat sibuk dengan tes DNA untuk membuktikan mana yang si A dan mana si B (yang sebenarnya tidak perlu. Bukankah meski kembar identik, keduanya pasti memiliki suatu ciri khas yang bisa dibedakan dengan mudah oleh orang terdekat?)

4. Orang yang sudah mati selalu bisa hidup kembali, terutama jika yang mati adalah pemeran utama atau pemeran pembantu.  Ada dua mekanisme bagaimana ini bisa terjadi, :
  • Pelakon mati dalam keadaan mengenaskan hingga tak dikenali lagi jasadnya, padahal itu jasad orang lain. Wajar saja bila suatu ketika dia bisa hidup kembali karena nyatanya dia memang belum mati. Please deh, memangnya sebelum dikubur tidak dipastikan dulu oleh dokter forensik, itu jasad siapa?
  • Pelakon benar-benar mati di meja operasi atau bahkan sudah dibacakan surat Yasin, tapi kemudian hidup kembali, karena dia memang cuma mati suri.
5. Pasien dengan amnesia retrograde temporer pasca trauma kepala berat, yang  “dibuat” tidak ingat segalanya, sama sekali tidak diperkenankan untuk mengingat-ingat kejadian di masa lalu, karena dikhawatirkan akan memicu terjadinya “severe headache”. Tentunya ini suatu strategi untuk memperpanjang episode, bukan? Namun, bukankah seharusnya pasien semacam ini memang perlu diberikan stimulasi untuk merangsang kembali fungsi saraf otaknya?

6. Psikiater seringkali tidak bisa membedakan mana pasien yang benar-benar sakit jiwa, mana yang cuma pura-pura gila, atau “dibuat gila sementara” karena pengaruh obat. Semuanya sama-sama masuk RSJ dengan diagnosis SAKIT JIWA.

7. Hanya karena riwayat hipertensi berat, seorang dokter menyarankan keluarga pasien untuk tetap membohongi pasien karena mengetahui realita yang ada akan sangat membahayakan jiwa pasien. Padahal ketika semua kebohongan terungkap pasien justru jatuh dalam kekecewaan mendalam dengan akibat yang jauh lebih parah daripada jika ia mengetahuinya sejak awal. Adakah rekan sejawat yang pernah memberi edukasi semacam ini pada keluarga pasien?

Maaf, mungkin analisis saya di atas juga tidak sepenuhnya benar, karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang saya miliki. Untuk itu, sudilah rekan sejawat mengoreksi.

Ini masih sebagian dari banyak uneg-uneg saya seputar cermin dunia kedokteran dalam wajah sinetron Indonesia. Teman sejawat lain yang juga penikmat sinetron mungkin mampu menambahkan beberapa hal lain. Dapatkah hal-hal yang tersebut di atas terjadi di dunia nyata? Mungkin saja.

Akhirnya, sebuah saran untuk para penulis skenario. Jika ingin mengangkat tema yang tak jauh dari dunia kedokteran, mohon untuk mencari sesuatu yang kreatif dan inovatif. Masih banyak hal lain yang menarik dan belum diangkat. Berkonsultasilah dulu pada ahlinya agar tidak terjadi kekonyolan yang akan semakin melecehkan profesi kedokteran.

SPORT SCIENCE ENGLISH CONVERSATION CLUB (SSECC)

ADDRESS : https://www.facebook.com/groups/164816056871153/

  • CREATOR                     :  Hartati Eko Wardani
  • HISTORY                      :
SSECC is a group which was firstly established in Sport Science Faculty (Fakultas Ilmu Keolahragaan) Universitas Negeri Malang, by some lecturers of FIK UM in 2008. It was a group to facilitate FIK students and lecturers who are interested in communicating in English. Since December 2010, SSECC has been created in Facebook, and widely open for people who are interested in talking about sport, health, physical education or other materials in English language.
  • OBJECTIVES                                :
To facilitate FIK students and other member in using English
  • MAIN ACTIVITY        :
To post material which is MOSTLY related to sport, health, and physical education
  • GUIDELINES FOR MEMBER  :
  • Members are free to post anything to this board, but material should be related to sport, health, and physical education.
  • All material should be delivered in English. Don’t worry of making mistake!
  • Members have the right to comment on any post and participate in discussions
  • To organize this group well, the creator has chosen some members as admin. Members who want to become admin can send request to the creator and should explain the reason why they are interested to become admin.
  • If members do not want the activity of the group going to their email, click “edit settings” button on the upper right page and then uncheck it.
  • Members may leave the group anytime they wish by clicking the “leave group” button.

Thanks for joining the group, be an active member and let’s develop this group together!

TIPS BERHENTI MEROKOK


Berikut ini tips buat Anda yang perokok agar bisa menghentikan atau setidaknya mengurangi kebiasaan merokok. Saya dapatkan dari sebuah sumber yg "kurang dapat dipercaya". Beberapa di antaranya masuk akal, tapi ada pula yg kayaknya ridiculous.. :
  1. Membuang jauh2 rokok dan semua yg ada kaitannya dengan rokok dan baunya
  2. Bernafas panjang-panjang
  3. Gerak badan (exercise) tiap hari
  4. Perbanyak tidur
  5. Banyak minum
  6. Banyak mandi
  7. Jauhi kopi, alkohol, makanan berat dan berbumbu banyak
  8. Jauhi semua yg mengingatkan pada rokok, seperti : kursi/ruangan tempat anda biasa merokok, teman yg perokok
 So bagaimana pendapat Anda? ;)


 

Minggu, 07 Oktober 2012

Home


RADIKAL BEBAS, ANTI OKSIDAN DAN STRES OKSIDATIF PADA SEL


By: Hartati Eko Wardani

Belakangan ini marak dibicarakan di media massa tentang bahaya radikal bebas terhadap kesehatan tubuh dan bagaimana substansi kimia yang bernama antioksidan digunakan untuk menangkal dampak negatif radikal bebas ini. Terkait dengan dunia olahraga, zat ini juga dianggap sebagai penyebab rusaknya sel-sel seperti otot dan jantung, jika tubuh terekspose oleh latihan yang berat.  Tingginya radikal bebas yang tidak diimbangi oleh peningkatan antioksidan akan menimbulkan stres pada sel yang disebut dengan stres oksidatif.

Tak hanya yang terpapar latihan berat, sel tubuh yang untrained pun tak lepas dari ancaman stres.
Beberapa fakta di lapangan yang bisa diamati, orang yang sama sekali tidak beraktivitas karena harus tirah baring atau dalam kondisi ekstrim mengalami paralisis /kelumpuhan, mempunyai ukuran otot yang  mengecil, atau mengalami atrofi otot. Fenomena apa yang terjadi secara mikroskopis pada sel otot itu? Mengapa otot yang tidak pernah digunakan untuk kontraksi mengecil dari segi ukuran dan massa? Ternyata, hasil penelitian membuktikan bahwa sel otot tersebut mengalami degenerasi protein otot dan kematian inti sel (nuclear apoptosis) yang disebabkan karena serangan radikal bebas! Jadi tidak pandang sel tersebut mendapat efek latihan atau justru sama sekali inaktif, sel tetap akan terekspose oleh radikal bebas, namun tentunya melalui jalur yang berbeda.  Lalu mana yang lebih baik untuk dilakukan, menjadi aktif atau inaktif?
Hal ini tentunya menarik untuk dijadikan bahan diskusi, namun sebelum melangkah kesana ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu tentang konsep radikal bebas, anti oksidan dan stres oksidatif. Dan kali ini saya akan mencoba berbagi kepada mahasiswa, dosen, dan teman-teman lain sedikit dari apa yang saya ketahui tentang hal tersebut. Penulis mencoba mengambil intisari dari artikel review yang berjudul : Exercise-Induced Oxidative Stress: Cellular Mechanisms
and Impact on Muscle Force Production oleh Scott K. Powers dan Malcolm J. Jackson yang ditulis dalam jurnal  Physiol Rev 88: 1243–1276 tahun 2008, serta dari beberapa sumber pustaka lain.

Radikal bebas

Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Karena elektron terluar tidak berpasangan maka molekul radikal bebas bersifat tidak stabil dan selalu berusaha untuk mencari pasangan dengan cara bereaksi dengan molekul lain di sekitarnya. Istilah radikal bebas kadang rancu dengan istilah ROS atau RNS. ROS atau reactive oxygen species adalah senyawa turunan oksigen yang bersifat reaktif, atau bisa bereaksi dengan molekul lain. Molekul ini bisa bersifat destruktif bisa pula berguna untuk berbagai proses metabolisme dalam tubuh seperti signaling cell. Identik dengan ROS, RNS juga merupakan senyawa yang reaktif namun berasal dari nitrogen. Kadang keduanya secara kolektif disingkat menjadi RONS (reactive oxygen-nitrogen species). RONS bisa terdiri dari radikal bebas bisa juga non radikal bebas dalam artian molekul ini tidak memiliki elektron yang tidak berpasangan, namun tetap reaktif karena berpotensi menghasilkan radikal bebas jika bereaksi dengan molekul lain. Berikut ini sedikit ulasan tentang macam RONS yang banyak diteliti.

  • Superoksida
-        Radikal bebas yang bersifat intermediate, bermuatan negatif, relatif impermeabel (tidak mudah menembus membran sel)
-        Akan berdismutasi menjadi hydrogen peroksida dan selanjutnya menjadi radikal hidroksil jika ada logam transisi
-        Penting untuk membunuh mikroorganisme yang masuk sel
-        Relatif kurang reaktif dibandingkan radikal lain
-        Bereaksi dengan NO dan protein yang mengandung besi dan sulfur
-        Dapat mereduksi cytochrome c dan oksidasi ascorbate

  • Hidrogen peroksida
-        Bukan jenis radikal bebas, relatif stabil, permeabel
-        Waktu paruh relatif lama, bersifat toksik karena bisa membentuk radikal hidroksil melalui reaksi Fenton atau Haber Weiss
-        Tidak bisa mengoksidasi DNA atau lipid, namun bisa menginaktivasi beberapa enzim

  • Radikal Hidroksil
-        Radikal kuat, impermeabel
-        The most damaging ROS!!`

  • Singlet Oksigen
-        Bukan radikal, bisa berasal dari proses dismutasi superoksida
-         waktu paruh sangat pendek, bisa berdifusi keluar membran

  • Nitric oxide (NO)
-        Berasal dari asam amino L-arginin, dengan perantaraan enzim Nitric Oxide Synthase (NOS)
-        Bereaksi cepat dengan superoksida membentuk peroksinitrit
-        Salah satu fungsinya adalah mengikat besi pada heme à iron removal/inactivation

  • Peroksinitrit
-        Merupakan hasil reaksi antara NO dengan superoksida. Reaksi ini berlangsung 3 kali lebih cepat daripada dismutase superoksida maupun reaksi NO dengan besi heme.
-        Damaging effect : DNA damage, nitrasi protein, deplesi thiol.

  • Hiperklorit
-        Dibentuk oleh aksi mieloperoksidase dengan hydrogen perosida dan Cl- sebagai substrat.
-        Dominan dibentuk di neutrofil, bisa merusak biomolekul dengan mengoksidasi thiol, lipid, ascorbat.

Sistem Pertahanan Antioksidan

Meskipun radikal bebas senantiasa diproduksi dalam keadaan normal, inaktif, maupun latihan, namun tubuh mempunyai sistem untuk menangkal efek negatif  yang ditimbulkan radikal bebas, yaitu Sistem Pertahanan Antioksidan.
Beberapa mekanisme Sistem Pertahanan Antioksidan dalam mengatur senyawa reaktif adalah :
1.     Mengubah senyawa reaktif menjadi bentuk yang kurang reaktif
2.     Mencegah senyawa reaktif menjadi senyawa yang lebih reaktif
3.     Mengurangi availability pro-oksidan seperti besi dan copper melalui protein pengikat logam
4.     Scavenging ROS
5.     Recycling antioksidan

Sistem Pertahanan Antioksidan terdiri atas dua macam, yaitu :
1.     Berbentuk enzim (enzymatic antioxidant)
a.      SUPEROKSIDA DISMUTASE (SOD) : mendismutasi superoksida menjadi hydrogen peroksida dan oksigen.
b.     Glutathione peroksidase (GPX) : mengkatalisa reduksi hydrogen peroksida atau hidroperoksida dengan menggunakan glutathione tereduksi (GSH) , menjadi air dan GSSH (glutathione disulfide). GSSG akan direduksi kembali menjadi GSH dengan bantuan glutathione reductase dan NADPH.
c.      Catalase (CAT) : mengkatalisa pemecahan hydrogen peroksida menjadi air dan oksigen
d.     Thioredoksin (TRX) dan thioredoksin reduktase : satu set antioxidant system. TRX berfungsi untuk menjaga protein-protein pada keadaan tereduksi. TRX yang teroksidasi akan diubah kembali menjadi TRX oleh thioredoksin reduktase
e.      Glutaredoksin (GRX): proteksi dan memperbaiki protein dan thiol non protein selama masa stres oksidatif.
f.       Peroksiredoksin (PRX) : mereduksi hidroksiperoksida dan peroksinitrat dengan menggunakan elektron yang dibawa oleh thiol fisiologis seperti TRX.

2.     Bukan enzim   (nonenzymatic antioxidant)
a.    GSH
Glutathione adalah suatu tripeptida, thiol non protein yang paling  banyak ditemukan di sel. Diproduksi terutama di liver dan ditranspor ke jaringan-jaringan melalui sirkulasi darah. GSH mampu bereaksi langsung dengan banyak macam radikal dengan mendonorkan atom hidrogennya. GSH juga mereduksi antioksidan lain, seperti vitamin E dan C, sehingga dapat memelihara vitamin tersebut dalam kondisi tereduksi .
b.     Alpha lipoic acid (α-lipoic acid): berperan dalam recycling vitamin C
c.      Asam urat : merupakan by-product dari metabolisme purin. Merupakan powerful scavenger untuk radikal peroksil, hidroksil, dan singlet oksigen. Asam urat juga dapat mendonorkan elektron pada molekul lain, juga chelating ion metal seperti besi dan tembaga, mencegah mereka membentuk radikal hidroksil melalui reaksi Fenton.
d.     Bilirubin : produk akhir dari katabolisme protein heme. Heme oksigenase memecah cincin heme utk membentuk biliverdin, biliverdin kemudian tereduksi oleh bilverdin reductase membentuk bilirubin.  Bilirubin punya potensi sebagai antioksidan kuat melawan radikal peroksil dan memproteksi sel dari kerusakan akibat hydrogen peroksida.
e.    Ubiquinone (coenzyme Q10)
Disintesis di sel, penting untuk transport elektron di mitokondria, terdapat di membran sel.  In vitro, ubiquinone berperan utk scavenging radikal RO2- dan mencegah lipid peroksidasi.
f.       Antioksidan dari Makanan
·       Vitamin E (α-tocopherol)
·       Vitamin C : scavenging radikal superoksida, hidroksil, dan lipid hidroksiperoksida; recycling vitamin E.
·       Karotenoid (beta karoten): terletak di membran jaringan, berperan dalam scavenging superoksida dan radikal peroksil, mencegah lipid peroksidasi.

STRES OKSIDATIF

            Stres oksidatif didefinisikan sebagai gangguan keseimbangan “pro dan antioksidan” , dimana efek pro-oksidan lebih tinggi dari antioksidan. Beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur stres oksidatif :
1.     Peningkatan pembentukan radikal atau oksidan lain
Ini sulit dilakukan mengingat waktu paruh radikal sangat singkat. Molekul eksogen seperti fluorescent probe atau spin traps sering digunakan, yang bisa bersifat toksik bagi sel. Ini bukan merupakan petanda definitif, karena peningkatan jumlah radikal/oksidan tidak selalu mencerminkan kondisi pro-oksidan.
2.     Penurunan jumlah antioksidan
Pemeriksaan ini sering digunakan sebagai biomarker stres oksidatif sel. Kelemahannya adalah banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi level antioksidan sel, seperti metabolisme selular dan diet. Disamping itu selama proses sampling bisa terjadi auto-oksidasi antioxidant sehingga jumlahnya menurun.
3.     Gangguan keseimbangan redox seluler
Yang paling banyak diukur adalah rasio GSH – GSSH . Jika jumlah oksidan meningkat rasio GSH-GSSH menurun. Pengukuran relatif simpel, namun bisa juga terjadi artefak yg disebabkan karena sample processing  atau autooksidasi.
4.     Kerusakan oksidatif pada komponen seluler
Pengukuran karbonil protein (indikator oksidasi protein), isoprostane, malondialdehida, 4-hidroksil 2-nonenol (indikator lipid peroksidasi) dan evaluasi basa teroksidsasi seperti 8-OH-dG (indikator oksidasi DNA) digunakan sebagai biomarker stres oksidatif. Tapi metode inipun banyak kelemahan, karena jumlah indikator tersebut dalam sel relatif sedikit meski sel dalam kondisi stres oksidatif. Disamping itu, jika pengambilan sampel dilakukan dengan cara yang tidak tepat bisa terjadi  positif palsu.

Dapat disimpulkan bahwa meskipun banyak parameter yang digunakan untuk mengukur menilai stres oksidatif, semua memiliki kelemahan. Maka yang terbaik adlah dengan menggunakan kombinasi dari beberapa metode tersebut karena tak ada satu pun yang bisa dikatakan indicator terbaik.

Demikanlah sedikit ulasan tentang konsep radikal bebas, antioksidan dan stres oksidatif. Moga dapat memberi pencerahan dan motivasi bagi teman-teman yang ingin memulai penelitian di bidang tersebut.  Kritik, saran, dan komentar dari pembaca sangat diharapkan. Terima kasih.

Sumber :  
Powers SK and Jackson MJ. Exercise-Induced Oxidative Stress: Cellular Mechanisms and Impact on Muscle Force Production Physiol Rev 88: 1243–1276 tahun 2008