Selasa, 09 Oktober 2012

PILIH HAFAL ATAU PAHAM?

Hartati Eko Wardani


Hari ini, aku membantu anakku yang masih duduk di kelas 4 SD untuk mempelajari  PPKn sebagai bekal  Ujian Akhir Semester besok. Sejak pertama dia duduk di kelas 4 aku sudah dibuat geleng-geleng kepala dengan materi-materi yang tersaji pada mapel tersebut. Hak dan wewenang Presiden, DPR, MPR, BPK dll, susunan organisasi di tingkat pemerintahan pusat, menghafalkan nama menteri-menteri. Seingatku, dulu waktu sekolah, aku juga diberi materi seperti itu tapi tidaklah di usia sedini ini. Materi yang teramat berat untuk ukuran anak kelas 4 SD. Okelah, metode recalling bisa dipakai, tapi apa manfaatnya untuk kehidupan dia sehari-hari? Aku jadi penasaran, bagaimana cara gurunya menerangkan materi seberat itu di kelas? Selidik punya selidik, ternyata gurunya hanya menyuruh murid-murid membaca secara bergiliran paragraf per paragraf, sampai jam sekolah habis. Jika ada yang tidak mengerti, murid-murid dipersilakan bertanya. Bagaimana mungkin menanyakan sesuatu yang mereka tidak paham?

Aku jadi teringat film “3 idiot” yang baru saja ditayangkan SCTV Kamis siang lalu. Film bergenre komedi yang memperoleh banyak penghargaan itu sarat dengan muatan edukasi. Salah satu pesannya adalah : “BELAJAR TANPA MEMAHAMI MAKNANYA, ADALAH SIA-SIA” . Ini tampak pada adegan saat Rancho (panggilan dari Ranchodas, mahasiswa cerdas dan kritis) disuruh keluar oleh dosen gara-gara mendefinisikan kata “MESIN” dengan bahasa yang sederhana. Kata tersebut dimaknai Rancho sebagai “alat yang mempermudah pekerjaan manusia”. Ya, setidaknya itu definisi yang dibuat sendiri oleh Rancho. Tapi sang dosen ngotot mengatakan bahwa definisi MESIN yang tepat adalah seperti yang ada pada buku (sebuah definisi yang sangat panjang dan susah dimengerti). Akhirnya Rancho pun bergerak keluar kelas,  tapi sejenak kemudian, ia pun kembali masuk. Saat dosen bertanya, “untuk apa Anda kembali?”, ia pun menjawab “saya akan mengambil barang saya yang tertinggal di kelas”.  Lalu dia mulai mendeskripsikan dengan sangat cepat dan lancar “an instrument and record,  analyse, summarize, organize,debate and explained information that are elastative and non-elastative hard bound paper bag jacketed non jacketed with forward introduction, table of content, index, that are intented for the enlightment understanding enhancement and education human brain sense in root of vision, sometimes touch!”
Sang dosen dan mahasiswa lain pun terbengong-bengong dengan kata-kata Rancho. “Maksud kamu apa?” tanya sang Dosen. Tahukah kalian apa yang dimaksud Rancho? BUKU!! Dan semua pun tertawa, kecuali Dosen. Dosen pun bertanya lagi, “kenapa kau tak menyederhanakan penjelasanmu?” Rancho berdalih, “saya sudah melakukannya, tapi Anda tampaknya tidak suka bahasa yang sederhana”, disambut dengan gelak tawa terpingkal-pingkal mahasiswa lain.

Memang, aku tak sepenuhnya setuju dengan pesan itu karena sebagai penghafal kuat, aku merasakan banyak manfaat dari menghafal sesuatu yang pada awalnya tak kumengerti. Seperti menghafal nama-nama menteri yang wajahnya saja belum pernah kulihat, apalagi kiprahnya dalam pemerintahan. Tapi paling tidak, dengan menghafal nama-nama mereka aku jadi juara saat mengikuti lomba cerdas cermat di sekolah (tahun berapa ya?). Proses recalling yang dilakukan secara rutin terbukti dapat memindahkan memory trace dari short-term memory ke medium term memory. Tapi, semua harus dilakukan dengan perasaan tenang dan hati yang senang. Aku dulu rajin melakukan recalling meski tanpa dipaksa orang tua,karena aku punya motivasi tinggi untuk jadi juara. Aku melakukannya dengan perasaan senang. Tapi berapa banyak di dunia ini orang yang seperti itu? Berapa banyak siswa SD yang dengan setengah hati menghafalkan materi yang tak dipahaminya hanya karena dia tak punya motivasi menjadi juara? Bahkan banyak di antara mereka yang melakukannya dengan perasaan tertekan, takut tidak lulus, takut dimarahi guru atau orang tua. Paham, mempermudah hafalan. Butuh perjuangan keras bagiku untuk membuat anakku paham, karena anakku bukan tipe penghafal kuat. Kadang harus bersimulasi, buka Google, atau baca ensiklopedia, hanya untuk menstimulasi saraf-saraf keingintahuannya. Rasa curiousity membuat dia semangat, dan senang untuk menghafal. Jika masih sulit membuatnya ingin tahu (please deh, anak kelas 4 SD mana yang doyan ngikuti perkembangan di dunia politik dan pemerintahan?),.. terpaksalah kubangun Jembatan Keledai…

Seperti yang dilakukan Rancho saat menjelaskan tentang MESIN. Gunakan bahasa sederhana yang ia mengerti. Tapi apa kamu pikir bisa lulus dengan menjawab pertanyaan sulit dengan bahasa sederhana? Ini sebuah dilema. Masih banyak pengajar (guru / dosen) yang berpatokan bahwa jawaban yang benar adalah yang sesuai buku. Kalau coba bikin definisi baru, jangan harap bisa lulus!

Jadi bagaimana harus menyikapi? Jalan tengahnya adalah tetap berpatokan pada buku, tapi mencoba memahami maknanya. Jangan hanya menghafal! Maka inilah tantangan untuk para guru dan dosen untuk memberi penjelasan dan pencerahan pada murid-murid tentang hal-hal apa yang tak diketahuinya dari sumber bacaan. Jika guru/dosen sendiri tak paham, maka ijinkan murid membuat definisi sendiri…!

1 komentar: